
Pendahuluan
HONDA138 : Film horor Malaysia semakin berwarna pada dekade 2010-an, dengan banyak sutradara yang mencoba mengeksplorasi urban legend serta kisah-kisah mistis di sekitar masyarakat. Salah satu karya yang menonjol adalah Highland Tower (2013), sebuah film horor dokumenter-fiksi yang mengangkat misteri nyata dari runtuhnya salah satu menara apartemen paling terkenal di Malaysia.
Disutradarai oleh Pierre Andre, Highland Tower menggabungkan elemen drama, dokumenter, dan rekaman bergaya found footage untuk menciptakan suasana menegangkan. Film ini tidak hanya membuat penonton merinding dengan adegan-adegan supranatural, tetapi juga membangkitkan kembali memori kelam dari sebuah tragedi nyata yang mengguncang Malaysia pada awal 1990-an.
Latar Belakang Tragedi Highland Towers
Sebelum masuk ke dalam alur film, penting memahami latar kisah yang menjadi inspirasi. Highland Towers adalah kompleks apartemen di Taman Hillview, Hulu Kelang, Selangor, Malaysia. Pada 11 Desember 1993, salah satu dari tiga blok menara berlantai 12 runtuh akibat longsor, menewaskan 48 orang. Peristiwa ini menjadi salah satu tragedi paling memilukan dalam sejarah Malaysia modern.
Tragedi itu meninggalkan trauma mendalam, dan sejak saat itu lokasi Highland Towers dianggap angker. Banyak cerita rakyat berkembang, mulai dari penampakan hantu hingga gangguan gaib yang dialami warga sekitar maupun pengunjung yang nekat. Kisah-kisah inilah yang kemudian diangkat Pierre Andre ke dalam film horor berjudul Highland Tower pada tahun 2013.
Sinopsis Film
Highland Tower bercerita tentang sekelompok anak muda yang penasaran dengan misteri di balik bangunan terbengkalai Highland Towers. Mereka memutuskan untuk masuk ke lokasi dengan membawa kamera, merekam pengalaman mereka layaknya investigasi urban legend.
Awalnya, mereka hanya ingin membuat dokumenter tentang sejarah tempat tersebut. Namun, semakin lama berada di dalam gedung, mereka mulai mengalami kejadian aneh. Pintu berderit sendiri, suara-suara misterius terdengar, hingga bayangan menyeramkan muncul di lorong-lorong gelap.
Rasa penasaran berubah menjadi teror nyata ketika satu per satu anggota kelompok merasakan gangguan gaib yang makin intens. Film ini berakhir dengan nuansa mencekam, memperlihatkan bahwa Highland Towers bukan sekadar bangunan kosong, tetapi menyimpan energi kelam dari masa lalu.
Konsep Found Footage dan Realisme
Pierre Andre menggunakan pendekatan gaya found footage yang populer lewat film-film Barat seperti The Blair Witch Project (1999) dan Paranormal Activity (2007). Teknik ini membuat film terasa realistis, seolah-olah penonton ikut berada di dalam apartemen angker tersebut.
Kamera handheld, pencahayaan minim, serta suara ambient yang direkam secara alami memperkuat kesan dokumenter. Banyak adegan menampilkan interaksi natural antar tokoh, sehingga kesannya seperti rekaman asli, bukan sekadar drama yang dipoles.
Dengan gaya ini, Highland Tower mampu memanfaatkan kekuatan imajinasi penonton. Tidak semua penampakan diperlihatkan secara gamblang, melainkan melalui sugesti suara, bayangan, atau gerakan kamera yang tiba-tiba. Inilah yang membuat rasa takut terasa lebih mencekam.
Tema dan Pesan Tersirat
Meski dikemas sebagai horor, Highland Tower memiliki makna yang lebih dalam. Tragedi runtuhnya menara menjadi simbol tentang rapuhnya kehidupan manusia dan dampak dari kelalaian pembangunan.
Selain itu, film ini juga menyinggung isu rasa ingin tahu manusia terhadap hal-hal mistis. Rasa penasaran yang mendorong tokoh utama masuk ke area terlarang berujung pada pengalaman buruk. Hal ini menjadi semacam peringatan bahwa ada batas antara dunia nyata dan gaib yang tidak seharusnya dilanggar.
Pesan lain yang bisa diambil adalah bahwa tragedi masa lalu meninggalkan jejak energi, baik dalam bentuk trauma sosial maupun cerita mistis. Highland Tower memperlihatkan bagaimana sebuah tempat bisa menyimpan “kenangan” kelam yang tak kasatmata.
Karakter dan Akting
Film ini menampilkan deretan aktor muda Malaysia, dengan gaya akting yang sengaja dibuat natural agar sesuai dengan format found footage. Penonton tidak melihat karakter dengan kedalaman psikologis yang kompleks, melainkan sekelompok pemuda biasa yang merasa penasaran.
Walau begitu, kekuatan film bukan pada karakterisasi mendalam, melainkan pada chemistry antar tokoh serta reaksi spontan mereka terhadap kejadian gaib. Ketakutan yang diperlihatkan terasa nyata, membuat penonton seolah ikut merasakan kengerian bersama mereka.
Atmosfer dan Sinematografi
Lokasi syuting yang diambil langsung di Highland Towers menambah nilai autentik pada film ini. Gedung tua yang gelap, penuh coretan, serta dipenuhi reruntuhan menciptakan atmosfer mencekam tanpa perlu banyak efek khusus.
Pencahayaan yang minim justru membuat imajinasi penonton bekerja lebih keras. Kamera sering bergerak cepat atau tiba-tiba kehilangan fokus, menciptakan ilusi bahwa sesuatu sedang mengintai. Musik latar yang sederhana, bahkan kadang absen, membuat keheningan terasa semakin menakutkan.
Penerimaan Penonton
Ketika dirilis pada 2013, Highland Tower menarik perhatian publik karena mengangkat kisah nyata yang sudah lama menjadi urban legend. Banyak penonton penasaran, terutama mereka yang tahu tentang tragedi tahun 1993.
Film ini mendapatkan tanggapan beragam. Sebagian memuji keberanian Pierre Andre yang menghadirkan horor dengan nuansa lokal dan gaya dokumenter. Namun, ada juga yang mengkritik kurangnya kedalaman cerita serta pengulangan formula found footage yang sudah umum.
Meski begitu, Highland Tower tetap berhasil menorehkan jejak dalam perfilman horor Malaysia. Film ini dianggap membuka jalan bagi karya-karya sejenis yang mengangkat kisah urban legend dengan pendekatan realistis.
Perbandingan dengan Film Horor Lain
Berbeda dengan film horor Malaysia lain seperti Munafik (2016) yang sarat pesan religius, Highland Tower lebih fokus pada pengalaman teror berbasis lokasi angker. Tidak ada banyak dialog filosofis atau adegan ruqyah, melainkan murni eksplorasi rasa takut dalam ruang terbatas.
Jika dibandingkan dengan horor Barat, film ini lebih sederhana dari sisi efek visual, namun unggul dalam atmosfer lokal dan keterhubungan emosional dengan sejarah Malaysia. Penonton merasa dekat karena tahu bahwa tragedi Highland Towers benar-benar pernah terjadi.
Pesan Sosial dan Budaya
Selain menghadirkan horor, film ini juga berfungsi sebagai pengingat sejarah. Tragedi runtuhnya Highland Towers menjadi pelajaran penting tentang kelalaian pembangunan, tata kota, serta tanggung jawab sosial.
Secara budaya, Highland Tower juga memperlihatkan bagaimana masyarakat Asia Tenggara memaknai tempat angker. Tidak hanya sekadar bangunan kosong, melainkan ruang yang menyimpan “roh” dari masa lalu. Hal ini menunjukkan hubungan erat antara kepercayaan tradisional, trauma kolektif, dan hiburan modern.
Kesimpulan
Highland Tower (2013) adalah film horor Malaysia yang unik karena memadukan kisah nyata dengan gaya found footage. Dengan memanfaatkan lokasi asli dan atmosfer mencekam, film ini berhasil menimbulkan rasa takut sekaligus menghadirkan refleksi tentang tragedi yang pernah mengguncang negeri.