
Film horor Netflix No One Gets Out Alive merupakan adaptasi dari novel debut karya Adam Nevill, yang terkenal dengan gaya penulisan horor atmosferik. Disutradarai oleh Santiago Menghini, film ini dirilis pada tahun 2021 dan menyuguhkan horor psikologis bercampur elemen mitologi, trauma migran, dan simbolisme mengerikan dalam suasana rumah tua yang angker dan penuh misteri.
HONDA138 Meski tergolong low-budget, film ini berhasil meninggalkan kesan mendalam berkat suasananya yang mencekam, misteri yang dibangun perlahan, serta tema sosial yang menyentil, menjadikannya horor yang lebih dari sekadar menakut-nakuti penonton.
Sinopsis
Cerita mengikuti Ambar, seorang imigran ilegal asal Meksiko yang datang ke Cleveland, AS, setelah kematian ibunya. Ia tidak memiliki kerabat atau dukungan, hidup dengan identitas palsu, dan mencoba membangun kembali hidupnya di negeri asing yang penuh ketidakpastian.
Ambar menyewa kamar di sebuah rumah besar bobrok yang dijalankan oleh dua bersaudara misterius, Red dan Becker. Rumah tersebut hanya dihuni oleh perempuan-perempuan muda yang sama-sama sedang dalam masa transisi hidup. Namun satu per satu penghuni rumah mulai menghilang secara misterius.
Seiring waktu, Ambar mulai mengalami halusinasi, mimpi buruk, dan penampakan mengerikan — seperti bayangan perempuan menangis, suara langkah kaki, dan bisikan aneh dari dinding. Ia juga mendapati bahwa rumah tersebut dulunya dimiliki oleh seorang arkeolog yang terobsesi dengan ritual kuno dan telah membawa artefak misterius berupa kotak batu besar dari Mesoamerika.
Ketika ia menyadari bahwa penghuni rumah sebelumnya menghilang tanpa jejak, dan para penyewa wanita tampaknya dipilih secara khusus, Ambar mulai menyelidiki. Ia menemukan fakta mengerikan: kotak batu itu digunakan dalam ritual pengorbanan, di mana perempuan dijadikan persembahan untuk makhluk supranatural kuno yang ada di dalamnya.
Puncaknya, Ambar diseret ke dalam ritual yang sama, tetapi ia justru “berkompromi” dengan makhluk itu — dan keluar sebagai pemenang. Namun, kemenangan ini punya harga. Di akhir film, Ambar tampak memperoleh kekuatan baru, tetapi ia juga terjebak dalam siklus kekerasan dan kegelapan yang sama.
Analisis Karakter
1. Ambar
Sebagai karakter utama, Ambar adalah gambaran wanita kuat yang berjuang melawan trauma, eksploitasi, dan realitas keras sebagai imigran ilegal. Ia tidak hanya menjadi korban keadaan, tetapi juga bertransformasi dari sosok yang tertekan menjadi individu yang mengambil alih nasibnya, bahkan jika itu berarti menempuh jalan kelam.
2. Red dan Becker
Kakak beradik ini mewakili wajah kekerasan sistemik terhadap perempuan. Red tampak lebih simpatik, tetapi diam-diam turut andil dalam kejahatan yang dilakukan Becker. Becker, dengan penyakit mentalnya dan obsesinya terhadap “ritual,” menjadi wajah dari warisan kekerasan yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Tema dan Simbolisme
1. Trauma dan Kehidupan Imigran
Film ini dengan gamblang menggambarkan bagaimana rasanya menjadi pendatang gelap di negeri asing: hidup dalam ketidakpastian, eksploitasi pekerjaan, ditolak sistem, dan dipaksa tinggal di tempat yang tak manusiawi. Rumah tua dalam film adalah metafora dari sistem yang menjebak dan menghancurkan harapan.
2. Kekerasan terhadap Perempuan
Seluruh korban dalam film ini adalah perempuan — menunjukkan bagaimana tubuh wanita sering kali menjadi alat kekuasaan dan pengorbanan dalam sistem patriarkal, baik secara simbolis maupun harfiah. Ritual pengorbanan dalam film ini adalah metafora eksplisit dari siklus kekerasan terhadap perempuan yang diwariskan.
3. Rumah sebagai Penjara
Rumah besar tempat Ambar tinggal bukan sekadar lokasi. Ia adalah entitas tersendiri, yang memerangkap dan memanipulasi penghuninya. Setiap lorong, dinding, dan kamar memuat trauma dan kegelapan masa lalu. Rumah ini adalah simbol dari sistem yang menghancurkan, tempat di mana impian datang untuk mati.
4. Mitos dan Ritual Kuno
Artefak berbentuk kotak batu yang menjadi pusat horor dalam film bukan hanya properti menyeramkan. Ia merupakan simbol kekuatan kuno, mitos yang bertahan meski peradaban telah berubah. Makhluk dalam kotak tersebut tidak disebutkan namanya, menciptakan aura horor Lovecraftian — misteri yang tak terjelaskan.
Estetika dan Penyutradaraan
Santiago Menghini berhasil menciptakan atmosfer mencekam lewat:
- Sinematografi kelam dan sempit, memperkuat perasaan terperangkap.
- Penggunaan efek suara seperti bisikan, tangisan, dan ketukan, yang sangat efektif membangun ketegangan tanpa harus menampilkan sosok hantu.
- Transisi mimpi dan realita yang halus namun menyesatkan — membuat penonton sulit membedakan mana yang nyata dan halusinasi.
Film ini tidak mengandalkan jump scare murahan, tetapi lebih pada ketakutan eksistensial dan tekanan psikologis, mengingatkan pada film-film horor modern seperti The Babadook atau Hereditary.
Kelebihan Film
- Atmosfer yang Kuat
Suasana horor dalam film ini konsisten dari awal hingga akhir. Penonton dibuat tidak nyaman — bukan karena kejutan semata, tetapi karena rasa cemas yang terus membayangi. - Narasi yang Penuh Makna Sosial
No One Gets Out Alive bukan hanya kisah horor biasa. Ia membawa pesan tentang imigrasi, ketidaksetaraan gender, dan kekerasan struktural, membuat film ini punya “isi” yang relevan. - Ending yang Berani dan Ambigu
Ambar akhirnya mengambil alih posisi “penguasa” kotak batu tersebut. Ini adalah akhir yang ambigu — apakah dia membebaskan diri, atau justru menjadi bagian dari sistem yang ia benci? - Visual Efek Menyeramkan namun Tidak Berlebihan
Makhluk di akhir film (entitas dalam kotak batu) didesain dengan efek praktikal dan CGI minimalis yang tetap menakutkan. Tidak eksplisit, namun cukup mengganggu dan ikonik.
Kekurangan Film
- Beberapa Karakter Tidak Diberi Kedalaman
Karakter Red, Becker, dan para penghuni wanita lainnya tidak digali secara mendalam. Ini membuat simpati penonton terhadap mereka kurang kuat, padahal mereka berperan penting dalam dinamika rumah horor tersebut. - Alur Agak Lambat di Tengah
Beberapa bagian di tengah film terasa repetitif — Ambar bermimpi buruk, terbangun, dan mengalami kejadian aneh — tanpa perkembangan cerita yang signifikan. - Minim Penjelasan Mitologi
Film ini dengan sengaja tidak menjelaskan secara detail tentang entitas dalam kotak batu, asal usulnya, atau maksud dari ritual. Bagi sebagian penonton, ini menjadi kelemahan karena membuat akhir terasa membingungkan.
Akhir yang Mengganggu: Apakah Ambar Menang?
Di akhir film, Ambar membunuh Red dan Becker, dan melakukan ritual pengorbanan terhadap Red. Ia tampak “diterima” oleh entitas dalam kotak, bahkan tampaknya memperoleh semacam kekuatan atau pengampunan. Lalu, ia kembali ke dunia nyata dan menolak untuk meninggalkan rumah tersebut, bahkan ketika gerbang akhirnya terbuka.
Adegan terakhir menunjukkan bahwa Ambar kini telah menjadi bagian dari sistem itu — mungkin sebagai penjaga, atau bahkan pemilik baru kekuatan tersebut. Judul film, “No One Gets Out Alive”, menjadi nyata: tak seorang pun keluar hidup-hidup — setidaknya, tidak keluar dalam wujud yang sama.
Kesimpulan
No One Gets Out Alive adalah film horor yang memadukan unsur psikologi, mitologi, dan kritik sosial dalam kemasan yang sederhana namun efektif. Di balik kengerian dan mimpi buruk yang ditampilkan, film ini menyimpan pesan penting tentang bagaimana sistem dapat menjebak dan menghancurkan, khususnya bagi mereka yang rentan secara sosial — imigran, perempuan, dan kaum miskin.
Dengan suasana mencekam, akhir yang tak terduga, dan lapisan makna yang bisa ditafsirkan beragam, film ini pantas mendapat tempat di deretan horor modern yang cerdas dan mengganggu.