
Pendahuluan
HONDA138 : Film horor Asia selalu memiliki daya tarik tersendiri karena mampu menggabungkan nuansa budaya, mitologi, serta ketegangan psikologis yang berbeda dengan horor Barat. Salah satu karya terbaru yang cukup mendapat perhatian adalah Roh (2019), sebuah film asal Malaysia yang menghadirkan atmosfer gelap, mistis, sekaligus menyentuh sisi emosional penontonnya. Tidak seperti horor komersial yang banyak mengandalkan jumpscare, Roh memilih jalur berbeda: menghadirkan cerita lambat, penuh simbol, dan mencekam melalui suasana.
Disutradarai oleh Emir Ezwan, film ini berhasil dipuji baik secara nasional maupun internasional. Bahkan, Roh sempat terpilih untuk mewakili Malaysia di ajang Oscar 2021 dalam kategori Best International Feature Film. Hal ini membuktikan bahwa film horor Malaysia mampu menembus panggung dunia dengan kualitas artistik yang tinggi.
Sinopsis Singkat
Cerita Roh berfokus pada kehidupan sederhana seorang ibu bernama Mak, yang tinggal bersama dua anaknya, Along dan Angah, di sebuah pondok terpencil di tepi hutan. Kehidupan mereka berubah ketika seorang anak perempuan misterius muncul di sekitar rumah mereka. Gadis itu memperingatkan bahwa keluarga tersebut akan mati sebelum bulan purnama tiba.
Sejak saat itu, serangkaian kejadian aneh mulai menghantui mereka. Suasana rumah menjadi mencekam, dan rahasia-rahasia gelap mulai terkuak. Kehadiran tokoh lain, seperti Tok yang dianggap sebagai orang bijak di kampung, serta seorang pemburu bernama Pak Hassan, semakin memperumit situasi. Hingga akhirnya, penonton dibawa pada twist mengejutkan tentang asal-usul makhluk gaib yang menghantui keluarga kecil tersebut.
Unsur Budaya dan Mitologi
Keunikan Roh terletak pada caranya mengangkat kepercayaan dan mitologi lokal Malaysia. Dalam budaya Melayu, hutan sering dianggap sebagai tempat makhluk halus bersemayam. Larangan-larangan tertentu, seperti tidak boleh bermain terlalu lama di hutan atau berbicara sembarangan, menjadi kepercayaan yang masih dipegang sebagian masyarakat. Film ini dengan cerdas memanfaatkan mitos tersebut untuk membangun atmosfer horor yang autentik.
Selain itu, karakter anak kecil misterius yang menjadi pembawa pesan kutukan juga erat kaitannya dengan cerita rakyat di Asia Tenggara. Sosok anak yang tampak polos, namun membawa malapetaka, menghadirkan dualitas menakutkan yang sangat khas.
Visual dan Sinematografi
Salah satu kekuatan terbesar Roh adalah penggunaan visual yang sederhana namun sangat efektif. Pengambilan gambar dilakukan dengan dominasi cahaya alami. Adegan-adegan malam sering kali hanya diterangi cahaya bulan, api unggun, atau lampu minyak, sehingga menghadirkan kesan realistis sekaligus menegangkan.
Sinematografi yang minimalis ini justru memberikan pengalaman imersif bagi penonton. Kita seakan ikut merasakan kesunyian hutan, desir angin, hingga suara binatang malam yang menambah intensitas kengerian. Emir Ezwan tampak terinspirasi dari gaya horor arthouse, seperti karya-karya sutradara Thailand Apichatpong Weerasethakul atau film The Witch dari Robert Eggers.
Atmosfer Suasana
Berbeda dengan horor populer yang menakuti lewat dentuman musik keras, Roh membangun atmosfer perlahan. Sound design dibuat hening, dengan sesekali hanya terdengar suara alam. Keheningan inilah yang membuat penonton selalu merasa ada sesuatu yang mengintai.
Selain itu, lokasi pondok di tengah hutan menciptakan isolasi psikologis. Penonton merasakan keterjebakan yang sama seperti keluarga Mak, seolah tidak ada jalan keluar dari teror yang mendekat.
Karakter dan Akting
Meski hanya berfokus pada sedikit karakter, film ini berhasil memaksimalkan peran mereka. Junainah M. Lan yang memerankan Mak tampil meyakinkan sebagai seorang ibu sederhana yang rapuh, namun berusaha melindungi anak-anaknya. Kedua pemeran anak-anak juga memberikan akting natural yang membuat hubungan keluarga terasa nyata.
Sementara itu, karakter Pak Hassan dan Tok menjadi representasi dari dunia luar yang membawa misteri baru. Keberadaan mereka menambah lapisan cerita, sekaligus membuat penonton ragu siapa yang sebenarnya bisa dipercaya.
Tema dan Simbolisme
Secara tematik, Roh tidak sekadar film horor tentang makhluk gaib. Ia juga menyentuh isu-isu eksistensial seperti kematian, dosa masa lalu, serta keterbatasan manusia menghadapi takdir. Banyak simbol yang ditanamkan dalam film ini, seperti bulan purnama yang melambangkan batas waktu, serta hutan yang menjadi metafora ketidakpastian hidup.
Di balik teror gaib, penonton juga diajak merenung tentang trauma, penyesalan, dan hubungan manusia dengan alam. Inilah yang membuat Roh terasa lebih dalam dibanding film horor konvensional.
Penerimaan Kritik dan Penonton
Setelah dirilis, Roh menuai banyak pujian dari kritikus film. Banyak yang menyebutnya sebagai film horor Malaysia terbaik dalam satu dekade terakhir. Keberhasilannya masuk sebagai wakil Malaysia di ajang Oscar semakin memperkuat reputasi tersebut.
Meski begitu, sebagian penonton awam mungkin merasa film ini berjalan terlalu lambat dan kurang menghadirkan jumpscare. Namun justru di situlah kekuatan Roh: memberikan pengalaman horor yang lebih atmosferik dan membekas di pikiran.
Kontribusi bagi Perfilman Malaysia
Kehadiran Roh menjadi tonggak penting dalam perfilman Malaysia. Selama ini, film horor Malaysia lebih sering mengandalkan cerita hantu populer seperti pontianak atau toyol dengan gaya komersial. Roh menunjukkan bahwa horor Malaysia juga bisa tampil dengan kualitas artistik setara dengan karya internasional.
Selain itu, film ini membuka jalan bagi sineas muda Malaysia untuk mengeksplorasi horor dengan pendekatan berbeda. Dengan budget rendah namun hasil maksimal, Roh menjadi bukti bahwa kreativitas lebih penting daripada efek visual berlebihan.
Kesimpulan
Roh (2019) bukan sekadar film horor biasa. Ia adalah perpaduan antara cerita rakyat, suasana mencekam, serta refleksi mendalam tentang kehidupan dan kematian. Dengan sinematografi sederhana namun memikat, akting natural para pemain, serta narasi penuh simbol, film ini berhasil meninggalkan kesan kuat bagi penontonnya.
Keberhasilan Roh membuktikan bahwa film horor Asia, khususnya dari Malaysia, memiliki potensi besar untuk bersaing di kancah internasional. Ia bukan hanya sekadar tontonan untuk menakuti, tetapi juga karya seni yang mengajak penonton berpikir dan merasakan ketakutan secara lebih mendalam.