Film Perempuan Tanah Jahanam (2019)

Pendahuluan

HONDA138 : Film horor Indonesia semakin berkembang dengan munculnya karya-karya yang tidak hanya menonjolkan sosok hantu, tetapi juga cerita mendalam dan penuh makna. Salah satu film yang berhasil mendapat apresiasi luas adalah Perempuan Tanah Jahanam (2019), karya sutradara terkenal Joko Anwar.

Film ini bukan sekadar tontonan yang menakutkan, tetapi juga menyajikan horor psikologis dengan alur penuh misteri, simbolisme, serta kritik sosial. Bahkan, film ini berhasil diputar di berbagai festival internasional, membuktikan kualitasnya di kancah perfilman dunia.


Sinopsis

Kisah Perempuan Tanah Jahanam berawal dari Maya (diperankan oleh Tara Basro), seorang perempuan muda yang hidup sederhana di kota besar. Ia bekerja di tol jalan raya bersama sahabatnya, Dini (diperankan oleh Marissa Anita). Suatu malam, Maya nyaris terbunuh oleh seorang pria misterius. Insiden itu membuatnya semakin penasaran tentang masa lalunya, terutama karena ia tidak tahu banyak tentang keluarganya sendiri.

Maya kemudian menemukan petunjuk bahwa ia memiliki warisan rumah besar di sebuah desa terpencil. Ia dan Dini memutuskan untuk pergi ke desa itu dengan harapan bisa mendapatkan harta warisan. Namun, kedatangan mereka justru membuka misteri gelap yang mengerikan.

Di desa tersebut, penduduk tampak aneh dan penuh rahasia. Rumah warisan yang mereka datangi ternyata menyimpan kisah berdarah, berkaitan dengan kutukan masa lalu yang melibatkan keluarga Maya. Seiring berjalannya cerita, Maya perlahan mengungkap kebenaran pahit: identitas dirinya, rahasia kelahirannya, serta tragedi besar yang melibatkan perempuan-perempuan di desa itu.

Film ini memunculkan pertanyaan: apakah Maya bisa lepas dari kutukan dan trauma masa lalu, atau justru menjadi bagian dari siklus mengerikan yang sudah berlangsung turun-temurun?


Para Pemain

Film ini diperkuat oleh jajaran aktor dan aktris papan atas Indonesia, di antaranya:

  • Tara Basro sebagai Maya
  • Marissa Anita sebagai Dini
  • Christine Hakim sebagai Nyi Misni
  • Ario Bayu sebagai Ki Saptadi
  • Asmara Abigail sebagai Ratih
  • Kiki Narendra sebagai Kepala Desa
  • Yayu Unru sebagai tokoh pendukung

Tara Basro mendapat banyak pujian karena berhasil membawakan karakter Maya dengan ekspresi penuh emosi, ketakutan, sekaligus kekuatan. Christine Hakim tampil luar biasa sebagai figur tua yang menyimpan rahasia kelam, menambah aura mistis dalam film ini.


Tema dan Pesan

Film Perempuan Tanah Jahanam tidak hanya tentang horor supranatural, tetapi juga mengangkat tema yang lebih dalam:

  1. Trauma dan warisan masa lalu
    Masa lalu yang kelam bisa menjerat kehidupan generasi berikutnya. Maya adalah simbol dari seseorang yang harus menghadapi trauma keluarganya.
  2. Kritik terhadap patriarki
    Film ini menyinggung sistem sosial yang sering menekan perempuan, terutama dalam hal tubuh, kehormatan, dan hak mereka.
  3. Kutukan sebagai metafora
    Kutukan dalam film ini bisa dibaca sebagai simbol dari dosa masa lalu, kebusukan moral, dan ketidakadilan yang diwariskan lintas generasi.
  4. Identitas diri
    Maya harus menemukan siapa dirinya sebenarnya, sebuah perjalanan emosional yang penuh rasa sakit.

Gaya Penyutradaraan

Joko Anwar dikenal dengan gayanya yang khas: memadukan horor dengan drama psikologis. Dalam film ini, ia menggunakan pendekatan slow-burn horror, di mana ketegangan dibangun secara perlahan melalui suasana, dialog, serta visual yang menekan.

Beberapa ciri khas yang menonjol:

  • Sinematografi atmosferik: Desa terpencil digambarkan dengan suasana mencekam, penuh kabut, dan warna-warna gelap.
  • Efek suara kuat: Bunyi pintu berderit, langkah kaki, dan keheningan panjang menambah intensitas horor.
  • Kejutan cerita (plot twist): Penonton diajak menebak-nebak hingga akhirnya disuguhi fakta mengejutkan tentang asal-usul Maya.

Keunggulan Film

  1. Cerita orisinal
    Tidak sekadar mengandalkan jump scare, film ini menyajikan narasi kompleks dengan simbolisme dan kritik sosial.
  2. Akting luar biasa
    Tara Basro dan Christine Hakim berhasil memberi kedalaman karakter. Akting mereka membuat penonton larut dalam suasana tegang.
  3. Visual mencekam
    Penggunaan lokasi desa terpencil menambah kesan realistis sekaligus angker.
  4. Penghargaan internasional
    Film ini berhasil diputar di Sundance Film Festival 2020 dan festival internasional lainnya, menunjukkan kualitasnya yang diakui dunia.

Kekurangan Film

Meski dipuji banyak pihak, film ini juga memiliki beberapa kelemahan:

  • Tempo lambat: Bagi sebagian penonton, awal cerita terasa terlalu pelan.
  • Simbolisme terlalu kompleks: Tidak semua penonton awam bisa langsung memahami pesan tersembunyi dalam film.
  • Sedikit gore: Beberapa adegan cukup sadis dan mungkin membuat penonton yang sensitif merasa tidak nyaman.

Penerimaan Penonton

Perempuan Tanah Jahanam mendapat sambutan positif dari kritikus maupun penonton umum. Banyak yang menilai film ini sebagai salah satu karya horor terbaik Indonesia dalam satu dekade terakhir.

Di Indonesia, film ini sukses meraih lebih dari 1,7 juta penonton. Sementara di kancah internasional, film ini dipuji karena berani menggabungkan horor dengan isu sosial yang relevan.

Beberapa kritikus menyebut film ini sebagai “karya horor cerdas” yang tidak hanya menakutkan, tetapi juga menggugah pikiran.


Analisis Kritis

Film ini sebenarnya bisa dibaca dalam dua lapisan:

  1. Lapisan permukaan: Kisah horor tentang seorang perempuan yang kembali ke desa untuk mengungkap masa lalu, lalu dihantui kutukan dan dendam.
  2. Lapisan mendalam: Sebuah kritik terhadap bagaimana tubuh perempuan sering dijadikan alat kontrol dalam masyarakat patriarkis.

Dengan kata lain, Perempuan Tanah Jahanam adalah horor yang bukan hanya menakuti mata, tetapi juga menohok pikiran.


Kesimpulan

Perempuan Tanah Jahanam (2019) adalah film horor Indonesia yang berhasil menggabungkan kisah supranatural dengan drama psikologis dan kritik sosial. Dengan penyutradaraan Joko Anwar, akting kuat para pemain, serta sinematografi mencekam, film ini pantas dianggap sebagai salah satu pencapaian terbaik dalam sejarah horor Indonesia modern.

Bagi pecinta film horor yang mencari lebih dari sekadar jumpscare, karya ini adalah tontonan wajib. Ia tidak hanya menakutkan, tetapi juga meninggalkan pertanyaan besar tentang warisan dosa, trauma masa lalu, dan posisi perempuan dalam masyarakat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *